TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
SEMESTER I
INDONESIA berbagai agama, suku, budaya dan etnis
BERSATU DALAM BHINEKA TUNGGAL IKA
DI BAWAH NAUNGAN PANCASILA
MENJADI RAKYAT YANG DAMAI, SEJAHTERA LAHIR DAN BATIN
DI BAWAH NAUNGAN PANCASILA
MENJADI RAKYAT YANG DAMAI, SEJAHTERA LAHIR DAN BATIN
DI SUSUN OLEH:
SITI DEWI AISAH
(16710650002)
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
PRODI TEKNIK INFORMATIKA(PAGI)
Dosen Pengampu:
Dr.Drs.H.Budi Supriyatno,MM.,MSi
UNIVERSITAS SATYAGAMA
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayahNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Indonesa Berbagai Agama, Suku,
Budaya Dan Etnis. Bersatu Dalam Bhineka
Tunggal Ika Dibawah Naungan PANCASILA
Menjadi Rakyat Yang Damai, Sejahtera Lahir Dan Batin”.
tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah
ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Atas
terselesaikannya makalah ini maka penulis mengucapkan terima kasih kepada:
- Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam penulisan makalah ini,
- Dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila
- Serta, semua pihak yang turut membantu terselesaikannya makalah ini.
Karena
keterbatasan pengetahuan penulis maka penulisan makalah ini jauh dari
sempurna,oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini. Besar harapan penulis agar
makalah ini memperoleh nilai yang memuaskan, bahakan sempurna, Amiiin…!!
Jakarta, Desember 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak zaman
dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang majemuk. Hal ini
tercermin dari semboyan “Bhinneka tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi
tetap satu. Kemajemukan yang ada terdiri atas keragaman suku bangsa, budaya,
agama, ras, dan bahasa. Adat istiadat, kesenian, kekerabatan, bahasa, dan
bentuk fisik yang dimiliki oleh suku-suku bangsa yang ada di Indonesia memang
berbeda, namun selain perbedaan suku-suku itu juga memiliki
persamaan antara lain hukum, hak milik tanah, persekutuan, dan kehidupan
sosialnya yang berasaskan kekeluargaan.
Negara
Republik Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber
daya manusianya. sumber daya alam indonesia dipenuhi dengan pohon-pohon dan
rempah-rempah yang sangat subur. sedangkan untuk kekayaan sumber daya manusianya
indonesai memiliki putra-putri terbaik bangsa. Indonesai merupakan negara yang
sebagian wilayahnya dikelilingi oleh laut, dan menjada negara yang membunyai
beragam suku bangsa dan bahaya. Indonesia merupakan negara kesatuan yang penuh
dengan akan kenekaragaman, yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa
daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan, dan lain-lain. Namun Indonesia
mampu mepersatukan berbagai keragaman itu sesuai dengan semboyan bangsa
Indonesia “Bhineka Tunggal Ika” , yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu
jua. Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah kepercayaan yang ada di
bumi Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat
dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain
kebudayaan kelompok suku bangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari
berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari
berbagai kebudayaan kelompok suku bangsa yang ada didaerah tersebut.
Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka
tinggal tersebar dipulau- pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam
wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian
hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga
perkotaan.
Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok suku bangsa
dan masyarakat di Indonesia yang berbeda.
Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga
mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga
menambah ragamnya jenis kebudayaan yang ada di Indonesia. Kemudian juga
berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia juga ikut mendukung
perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga mencerminkan kebudayaan agama
tertentu. Bisa dikatakan bahwa, Indonesia adalah salah satu negara dengan
tingkat keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang sangat tinggi.
Tidak saja keanekaragaman budaya kelompok suku bangsa namun juga keanekaragaman
budaya dalam konteks peradaban, tradsional hingga ke modern, dan kewilayahan.
Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan mempunyai
keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya.
Sejarah
membuktikan bahwa kebudayaan di Indonesia mampu hidup secara berdampingan,
saling mengisi, dan ataupun berjalan secara paralel. Misalnya kebudayaan kraton
atau kerajaan yang berdiri sejalan secara paralel dengan kebudayaan berburu
meramu kelompok masyarakat tertentu. Dalam konteks kekinian dapat kita temui
bagaimana kebudayaan masyarakat urban dapat berjalan paralel dengan kebudayaan
rural atau pedesaan, bahkan dengan kebudayaan berburu meramu yang hidup jauh
terpencil. Hubungan-hubungan antar kebudayaan tersebut dapat berjalan terjalin
dalam bingkai ”Bhinneka Tunggal Ika” , dimana bisa kita maknai bahwa konteks
keanekaragamannya bukan hanya mengacu kepada keanekaragaman kelompok sukubangsa
semata namun kepada konteks kebudayaan.
Didasari
pula bahwa dengan jumlah kelompok sukubangsa kurang lebih 700-an sukubangsa di
seluruh nusantara, dengan berbagai tipe kelompok masyarakat yang beragam, serta
keragaman agamanya, pakaian adat, rumah adat kesenian adat bahkan makanan yang
dimakan pun beraneka ragam. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk yang
memiliki karakteristi yang unik ini dapat dilihat dari budaya gotong royong,
teposliro, budaya menghormati orang tua (cium tangan), dan lain sebagainya.
Namun
seiring berjalannya waktu, saat ini Negara Indonesia makna bhineka Tunggal Ika
semakin luntur. Sudah tampak kecondongan terpecah belah, individualis dengan
dalih otonomi daerah, perbedaan SARA, tidak lagi muncul sifat tolong menolong
atau gotong royong. Semangat “Bhinneka Tunggal Ika” perlu untuk
disosialisasikan lagi. Bhinneka Tunggal Ika mulai luntur, banyak anak muda yang
tidak mengenalnya, banyak orang tua lupa akan kata-kata ini, banyak birokrat
yang pura-pura lupa, sehingga ikrar yang ditanamkan jauh sebelum Indonesia
Merdeka memudar, seperti pelita kehabisan minyak. Sumpah Pemuda hanya sebagai
penghias bibir sebagian orang, dan bagi sebagian orang hanya dilafaskan pada
saat memperingati hari sumpah pemuda setiap 28 Oktober. Tetapi bagi sebagian
yang muda hanya sebagai pelajaran sejarah yang hanya dipelajari di
sekolah-sekolah. Api dari Persatuan Indonesia melalui “Bhinneka Tunggal Ika”
perlu untuk dinyalakan lagi di hati anak bangsa dan bagi kita semua.
Berdasarkan
latar belakang yang kami jabarkan diatas, maka dapat diambil beberapa rumusan masalah guna menunjang isi makalah ini, antara lain :
- Apa definisi dan Bagaimana perjalanan Sejarah Bhineka Tunggal Ika sebagai bentuk identitas Bangsa Indonesia, penetapan,serta pentingnya bhineka tunggal ika bagi bangsa indonesia ?
- Apa yang dimaksud dengan integritas nasional serta ruang lingkupnya,?
- Bagaimana keanekaragaman suku bangsa di Indonesia ?
- Persebaran suku bangsa ?
- Adat istiadat suku bangsa ?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan tetapi juga
untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada pembaca mengenai arti istilah
kebinekaan, pelaksanaan bhineka tunggal ika, macam-macam, agama, suku, budaya,
serta etnis di Indonesia.
Dari makalah ini juga dapat diperoleh beberapa manfaat
bagi semua orang yang membacanya, bahwasanya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, kita dapat memaknai dan melakukan apa yang terkandung dalam Bhineka
Tunggal Ika dan Bisa menjadikan dalam kehidupan untuk lebih mengutamakan
kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi. Dan juga dapat Memaknai arti
Bhineka Tunggal Ika yang saat ini sudah mulai memudar dan dapat menjaga
persatuan Bangsa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. BHINEKA TUNGGAL IKA
1.Sejarah
Bhineka Tunggal Ika
Sebelumnya
semboyan yang dijadikan semboyan resmi Negara Indonesia sangat panjang yaitu
Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa. Semboyan Bhineka Tunggal Ika
dikenal untuk pertama kalinya pada masa Majapahit era kepemimpinan
Wisnuwardhana. Perumusan semboyan Bhineka Tunggl Ika ini dilakukan oleh Mpu
Tantular dalam kitab Sutasoma. Perumusan semboyan ini pada dasarnya merupakan
pernyataan kreatif dalam usaha mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan
keagamaan. Hal itu dilakukan sehubungan usaha bina Negara kerajaan Majapahit
saat itu. Semboyan Negara Indonesia ini telah memberikan nilai-nilai inspiratif
terhadap system pemerintahan pada masa kemerdekaan. Bhineka Tunggal Ika pun
telah menumbuhkan semangat persatuan dan kesatu Negara Kesatuan Republik
Indoesia. Dalam kitab Sutosoma, definisi Bhineka Tunggal Ika lebih ditekankan pada
perbedaan dalam hal kepercayaan dan keaneragaman agama yang ada di kalangan
masyarakat Majapahit. Namun, sebagai semboyan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, konsep Bhineka Tunggal Ika bukan hanya perbedaan agama dan
kepercayaan menjadi fokus, tetapi pengertiannya lebih luas. Bhineka Tunggal Ika
sebagai semboyan Negara memiliki cakupan lebih luas, seperti perbedaan suku,
bangsa, budya (adat-istiadat), beda pulau, dan tentunya agama dan kepercayaan
yang menuju persatuan dan kesatuan Negara.
Jika diuraikan satu per satu, Bhineka
berarti berbeda, Tunggal berarti satu, dan Ika berarti itu. Jadi dapat
disimpulkan bahwa walaupun berbeda-beda, tapi pada hakekatnya satu. Dengan kata
lain, seluruh perbedaan yang ada di Indonesia menuju tujuan yang satu atau
sama, yaitu bangsa dan Negara Indonesia. Berbicara mengenai Lambang Negara
Kesatuan Republik Indonesia, lambang Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka
Tunggal Ika ditetapkan secara resmi menjadi bagian dari Negara Indonesia
melalui Peraturan Pemerintahan Nomor 66 Tahun 1951 pada 17Oktober 1951 dan di
undang kan pada 28 Oktober 1951 sebagai Lambang Negara. Usaha pada masa
Majapahit maupun pada masa pemerintahan Indonesia berlandaskan pada pandangan
yang sama, yaitu pandangan mengenai semangat rasa persatuan, kesatuan, dan
kebersamaan sebagai modal dasar untuk menegakkan Negara.
2. Penetapan Bhineka Tunggal Ika Sebagai Pilar Bangsa
Pada tahun
1951, sekitar 600 tahun setelah pertama kali semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang
diungkap oleh Mpu Tantular, ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai
semboyan resmi Negara Republik Indonesia dengan Peraturan Pemerintah No.66
tahun 1951. Peraturan Pemerintah tersebut menentukan bahwa sejak 17 Agustus
1950, Bhinneka Tunggal Ika ditetapkan sebagai seboyan yang terdapat dalam
Lambang Negara Republik Indonesia, “Garuda Pancasila.” Kata “bhinna ika,”
kemudian dirangkai menjadi satu kata “bhinneka”. Pada perubahan UUD 1945 yang
kedua, Bhinneka Tunggal Ika dikukuhkan sebagai semboyan resmi yang terdapat
dalam Lambang Negara, dan tercantum dalam pasal 36a UUD 1945 yang menyebutkan
:”Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika”.
Dengan demikian, Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan yang merupakan
kesepakatan bangsa, yang ditetapkan dalam UUD nya. Oleh karena itu untuk dapat
dijadikan acuan secara tepat dalam hidup berbangsa dan bernegara, makna
Bhinneka Tunggal Ika perlu difahami secara tepat dan benar untuk selanjutnya
difahami bagaimana cara untuk mengimplementasikan secara tepat dan benar pula.
Bhinneka Tunggal Ika berisi konsep pluralistik dan
multikulturalistik dalam kehidupan yang terikat dalam suatu kesatuan. Prinsip
pluralistik dan multikulturalistik adalah asas yang mengakui adanya kemajemukan
bangsa dilihat dari segi agama, keyakinan, suku bangsa, adat budaya, keadaan
daerah, dan ras. Kemajemukan tersebut dihormati dan dihargai serta
didudukkan dalam suatu prinsip yang dapat mengikat keanekaragaman
tersebut dalam kesatuan yang kokoh. Kemajemukan bukan dikembangkan dan didorong
menjadi faktor pemecah bangsa, tetapi merupakan kekuatan yang dimiliki oleh
masing-masing komponen bangsa, untuk selanjutnya diikat secara sinerjik
menjadi kekuatan yang luar biasa untuk dimanfaatkan dalam menghadapi segala
tantangan dan persoalan bangsa.
3 Pentingnya
Semboyan Bhinekha Tunggal Ika
Secara
mendalam Bhineka Tunggal Ika memiliki makna walaupun di Indonesia terdapat
banyak suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa, dan lain sebagainya namun
tetap satu kesatuan yang sebangsa dan setanah air. Dipersatukan dengan bendera,
lagu kebangsaan, mata uang, bahasa dan lain-lain yang sama. Kata-kata Bhinneka
Tunggal Ika juga terdapat pada lambang negara Republik Indonesia yaitu Burung
Garuda Pancasila. Di kaki Burung Garuda Pancasila mencengkram sebuah pita yang
bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika. Kata-kata tersebut dapat pula diartikan :
Berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Makna
Bhineka Tunggal Ika dalam Persatuan Indonesia sebagaimana dijelaskan dimuka
bahwa
walaupun bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki
kebudayaan dan adat-istiadat yang beraneka ragam namun keseluruhannya merupakan
suatu persatuan. Penjelmaan persatuan bangsa dan wilayah negara Indonesia
tersebut disimpulkan dalam PP. No. 66 tahun 1951, 17 Oktober diundangkan
tanggal 28 Nopember 1951, dan termuat dalam Lembaran Negara No. II tahun 1951.
Makna Bhineka Tunggal Ika yaitu meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri
atas beraneka ragam suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang
bermacam-macam serta beraneka ragam kepulauan wilayah negara Indonesia namun
keseluruhannya itu merupakan suatu persatuan yaitu bangsa dan negara Indonesia.
Keanekaragaman tersebut bukanlah merupakan perbedaan yang bertentangan namun
justru keanekaragaman itu bersatu dalam satu sintesa yang pada gilirannya
justru memperkaya sifat dan makna persatuan bangsa dan negara Indonesia. Dalam
praktek tumbuh dan berkembangnya persatuan suatu bangsa (nasionalisme) terdapat
dua aspek kekuasaan yang mempengaruhi yaitu kekuasaan pisik (lahir), atau
disebut juga kekuasan material yang berupa kekerasan, paksaan dan kekuasaan
idealis (batin) yang berupa nafsu psikis, ide-ide dan kepercayaan-kepercayaan.
Proses nasionalisme (persatuan) yang dikuasai oleh kekuasaan pisik akan tumbuh
dan berkembang menjadi bangsa yang bersifat materialis. Sebaliknya proses
nasionalisme (persatuan) yang dalam pertumbuhannya dikuasai oleh kekuasaan
idealis maka akan tumbuh dan berkembang menjadi negara yang ideal yang jauh
dari realitas bangsa dan negara.
Oleh karena
itu bagi bangsa Indonesia prinsip-prinsip nasionalisme itu tidak berat sebelah,
namun justru merupakan suatu sintesa yang serasi dan harmonis baik hal-hal yang
bersifat lahir maupun hal-hal yang bersifat batin. Prinsip tersebut adalah yang
paling sesuai dengan hakikat manusia yang bersifat monopluralis yang terkandung
dalam Pancasila. Di dalam perkembangan nasionalisme didunia terdapat berbagai
macam teori antara lain Hans Kohn yang menyatakan bahwa “Nasionalisme terbentuk
ke persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah negara dan kewarganegaraan
“. Bangsa tumbuh dan berkembang dari analisir-analisir akar-akar yang terbentuk
melalui jalannya sejarah. Dalam masalah ini bangsa Indonesia terdiri atas
berbagai macam suku bangsa yang memiliki adat-istiadat dan kebudayaan yang
beraneka ragam serta wilayah negara Indonesia yang terdiri atas beribu-ribu
kepulauan. Oleh karena itu keadaan yang beraneka ragam itu bukanlah merupakan
suatu perbedaan yang saling bertentangan namun perbedaan itu justru merupakan daya
penarik kearah resultan sehingga seluruh keanekaragaman itu terwujud dalam
suatu kerjasama yang luhur yaitu persatuan dan kesatuan bangsa.
Penerapan Bhineka Tunggal Ika
Pemahaman
nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an masyarakat multikultural/majemuk sebagai
pilar nasionalisme, sekaligus untuk memberi wacana dan sumbang saran kepada
semua pihak, terutama para pelaksana dan penentu kebijakan diberbagai instansi
tekait, agar dapat dijadikan tambahan acuan dalam menentukan peraturan
berkaitan dengan aktualisasi pemahaman nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an
oleh masyarakat multikultural sebagai pilar nasionalisme yang kokoh dan
trengginas dalam menghadapi perubahan globalKalimat yang terpampang pada pita
putih yang tercengkeram oleh kaki burung garuda, lambang negara Indonesia yaitu
BHINNEKA TUNGGAL IKA memiliki makna yang menggambarkan keragaman yang dimiliki
bangsa Indonesia, meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya merupakan satu
kesatuan Indonesia. Bhinneka tunggal ika yang berarti berbeda tetapi
satu, bila ditengok dari asal usul kalimatnya yang tertuang dalam syair kitab
sutasoma adalah penggambaran dari dua ajaran atau keyakinan yang berbeda kala
itu, namun pada dasarnya memiliki satu kesamaan tujuan.
Empu
Tantular sebagai pencetus kalimat yang tertuang itu tentunya memahami benar
arti dan makna yang tersimpan di dalamnya. Walaupun kalimat itu merupakan
bentuk pernyataan beliau dari suatu keadaan yang sedang dialami, namun
kenyataannya dapat diterapkan dan diterima hingga saat sekarang ini. Dan memang
seperti itulah seorang yang populis, berani menyampaikan sesuatu yang belum
pernah diperdengarkan sebelumnya dan menyampaikan dengan bahasa yang populer,
yaitu bahasa yang bisa diterima saat itu, saat ini dan suatu saat yang akan
datang.
Hanya orang
bijaklah yang mampu menyampaikan kata-katanya dengan bahasa yang dapat dipahami
atau dimengerti oleh masing-masing pendengar atau pembacanya sesuai tingkat
pemahamannya masing-masing.
B. SUKU
BANGSA
A.Pengertian
Suku Bangsa
Suku bangsa
adalah golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan
kebudayaan. Orang-orang yang tergolong dalam satu suku bangsa tertentu,
pastilah mempunyai kesadaran dan identitas diri terhadap kebudayaan suku
bangsanya, misalnya dalam penggunaan bahasa daerah serta mencintai kesenian dan
adat istiadat.
Suku – suku bangsa yang tersebar di Indonesia
merupakan warisan sejarah bangsa, persebaran suku bangsa dipengaruhi oleh
factor geografis, perdagangan laut, dan kedatangan para penjajah di Indonesia.
perbedaan suku bangsa satu dengan suku bangsa yang lain di suatu daerah dapat
terlihat dari ciri-ciri berikut ini
B.Ciri-Ciri perbedaan suku bangsa
a) Tipe fisik, seperti warna kulit, rambut, dan
lain-lain.
b) Bahasa yang dipergunakan, misalnya
Bahasa Batak, Bahasa Jawa, Bahasa Madura, dan lain-lain.
c) Adat istiadat, misalnya pakaian adat,
upacara perkawinan, dan upacara kematian.
d) Kesenian daerah, misalnya Tari Janger,
Tari Serimpi, Tari Cakalele, dan Tari Saudati.
e) Kekerabatan, misalnya patrilineal(sistem
keturunan menurut garis ayah) dan matrilineal(sistem keturunan menurut garis
ibu).
f) Batasan
fisik lingkungan, misalnya Badui dalam dan Badui luar.
C. Jumlah suku bangsa di Indonesia
ratusan jumlahnya
Di bawah ini tabel persebaran suku bangsa
NO
|
NAMA
PROVINSI
|
SUKU
|
1.
|
Nanggroe
Aceh Darussalam
|
Aceh ,
Alas , Gayo , Kluet , Simelu , Singkil , Tamiang , Ulu.
|
2.
|
. Sumatera
Utara
|
Karo ,
Nias , Simalungun , Mandailing , Dairi , Toba , Melayu , PakPak , maya-maya.
|
3.
|
Sumatera
Barat
|
Minangkabau
, Mentawai , Melayu , guci, jambak.
|
4.
|
Riau
|
Melayu ,
Siak , Rokan , Kampar , Kuantum Akit , Talang Manuk , Bonai , Sakai , Anak
Dalam , Hutan , Laut .
|
5.
|
Kepulauan
Riau
|
Melayu,
laut.
|
6.
|
Bangka
Belitung
|
Melayu.
|
7.
|
Jambi
|
Batin ,
Kerinci , Penghulu , Pewdah , Melayu , Kubu , Bajau.
|
NO
|
NAMA
PROVINSI
|
SUKU
|
8.
|
Sumatera
Selatan
|
Palembang
, Melayu , Ogan , Pasemah , Komering , Ranau Kisam , Kubu , Rawas , Rejang ,
Lematang , Koto, Agam.
|
9.
|
Bengkulu
|
Melayu ,
Rejang , Lebong , Enggano , Sekah , Serawai, Pekal, Kaur, Lembak.
|
10.
|
Lampung
|
Lampung ,
Melayu , Semendo , Pasemah , Rawas , Ogan Pubian, Sungkai, Sepucih.
|
11.
|
DKI
Jakarta
|
Betawi.
|
12.
|
Banten
|
Banten.
|
13.
|
Jawa Barat
|
Sunda ,
Badui.
|
14.
|
Jawa
Tengah
|
Jawa ,
Karimun , Samin, Kangean.
|
15.
|
D.I.Yogyakarta
|
Jawa.
|
16.
|
Jawa Timur
|
Jawa ,
Madura , Tengger, Asing.
|
17.
|
Bali
|
Bali ,
Jawa , Madura.
|
18.
|
NTB
|
Bali ,
Sasak , Bima , Sumbawa, Mbojo, Dompu, Tarlawi, Lombok.
|
19.
|
NTT
|
Alor ,
Solor , Rote , Sawu , Sumba , Flores , Belu, Bima
|
20.
|
Kalimantan
Barat
|
Melayu ,
Dayak(Iban Embaluh , Punan , Kayan , Kantuk , Embaloh , Bugan ,Bukat),
Manyuke.
|
21.
|
Kalimantan
Tengah
|
Melayu ,
Dayak(Medang , Basap , Tunjung , Bahau , Kenyah , Penihing , Benuaq) , Banjar
, Kutai, Ngaju, Lawangan, Maayan, Murut, Kapuas.
|
22.
|
Kalimantan
Timur
|
Melayu ,
Dayak(Bukupai , Lawangan , Dusun, Ngaju , Maayan).
|
23.
|
Kalimantan
Selatan
|
Melayu ,
Banjar , Dayak, Aba.
|
24.
|
Sulawesi
Selatan
|
Bugis ,
Makasar , Toraja , Mandar.
|
25.
|
Sulawesi
Tenggara
|
Muna ,
Buton ,Totaja , Tolaki , Kabaena , Moronehe , Kulisusu , Wolio.
|
NO
|
NAMA
PROVINSI
|
SUKU
|
26.
|
SulawesiTengah
|
Kaili ,
Tomini , Toli-Toli ,Buol , Kulawi , Balantak , Banggai ,Lore.
|
27.
|
Sulawesi
Utara
|
Bolaang-Mongondow
,Minahasa , Sangir , Talaud , Siau , Bantik.
|
28.
|
Gorontalo
|
Gorontalo.
|
29.
|
Maluku
|
Ambon, Kei
, Tanimbar , Seram , Saparua, Aru, Kisar.
|
30.
|
Maluku
Utara
|
Ternate,
Morotai, Sula, taliabu, Bacan, Galela.
|
31.
|
Papua
Barat
|
Waigeo,
Misool, Salawati, Bintuni, Bacanca.
|
32.
|
Papua
Tengah
|
Yapen,
Biak, Mamika, Numfoor.
|
33.
|
Papua
Timur
|
Sentani,
Asmat, Dani, Senggi.
|
1. Sikap
Menghormati Keragaman Suku Bangsa
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa kita
yang mengungkapkan persatuan dan kesatuan yang berasal dari keanekaragaman.
Walaupun kita terdiri atas berbagai suku yang beranekaragam budaya daerah,
namun kita tetap satu bangsa Indonesia, memiliki bahasa dan tanah air yang
sama, yaitu bahasa Indonesia dan tanah air Indonesia. Begitu juga bendera
kebangsaan merah putih sebagai lambang identitas bangsa dan kita bersatu padu
di bawah falsafah dan dasar negara Pancasila.
Kita sebagai bangsa Indonesia harus bersatu padu agar
manjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh. Untuk dapat bersatu kita harus
memiliki pedoman yang dapat menyeragamkan pandangan kita dan tingkah laku kita
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, akan terjadi persamaan langkah
dan tingkah laku bangsa Indonesia. Pedoman tersebut adalah Pancasila, kita
harus dapat meningkatkan rasa persaudaraan dengan berbagai suku bangsa di
Indonesia.
Membiasakan bersahabat dan saling membantu dengan
sesama warga yang ada di lingkungan kita, seperti gotong royong akan dapat
memudahkan tercapainya persatuan dan kesatuan bangsa. Bangsa Indonesia harus
merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa, dan sehati dalam kekuatan
wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya merupakan satu kesatuan
wilayah.
Dalam mengembangkan sikap menghormati terhadap
keragaman suku bangsa, dapat terlihat dari sifat dan sikap dalam kehidupan
sehari-hari. diantaranya adalah sebagai berikut:
a. kehidupan bermasyarakat tercipta kerukunan
seperti halnya dalam sebuah keluarga.
b. antara warga masyarakat terdapat semangat
tolong menolong, kerjasama untuk menyelesaikan suatu masalah, dan kerjasama
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
c. dalam menyelesaikan urusan bersama
selalu diusahakan dengan melalui musyawarah.
d. terdapat kesadaran dan sikap yang
mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Sikap dan keadaan seperti tersebut di atas harus
dijunjung tinggi serta dilestarikan. Untuk lebih memperkokoh persatuan dan
kesatuan bangsa, kita dapat melaksanakan pertukaran kesenian daerah dari
seluruh pelosok tanah air. Dengan adanya kegiatan pertukaran kesenian daerah
tersebut dan memberikan manfaat bagi bangsa Indonesia, antara lain:
a) dapat saling
pengertiaan antarsuku bangsa.
b) dapat lebih mudah
mencapai persatuan dan kesatuan.
c) dapat mengurangi
prasangka antar suku.
d) dapat menimbulkan
rasa kecintaan terhadap tanah air dan bangsa.
2. Keanekaragaman
Budaya suku bangsa di Indonesia
Istilah budaya berasal dari kata Sansekerta, yaitu buddayah
atau buddhi yang berarti akal budi. Kebudayaan berarti
segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi manusia. Ada tiga bentuk
kebudayaan, yaitu kebudayaan dalam bentuk gagasan, kebiasaan,
dan benda-benda budaya. Kebudayaan yang
berupa gagasan, antara lain ilmu pengetahuan, adat istiadat, dan peraturan.
b Kebudayaan yang
berupa kebiasaan, antara lain cara mencari makan (mata pencarian), tata cara
pergaulan, tata cara perkawinan, kesenian, dan bermacam-bermacam upacara
tradisi.
c Kebudayaan yang
berupa benda adalah semua benda yang diciptakan oleh manusia, seperti alat-alat
keperluan sehari-hari, rumah, perhiasan, pusaka (senjata), kendaraan, dan
lain-lain.
Manusia menciptakan kebudayaan untuk bertahan hidup
dan memenuhi kebutuhannya. Selain itu, kebudayaan juga diciptakan untuk
mengolah alam agar bermanfaat untuk kehidupan manusia. Karena kondisi
lingkungan alam berbeda-beda, maka terjadilah keanekaragaman kebudayaan
Faktor
lingkungan geografis yang menyebabkan keanekaragaman suku bangsa antara lain
sebagai berikut.
- Negara kita berbentuk kepulauan. Penduduk yang tinggal di satu pulau terpisah dengan penduduk yang tinggal di pulau lain. Penduduk tiap pulau mengembangkan kebiasaan dan adat sendiri. Dalam waktu yang cukup lama akan berkembang menjadi kebudayaan yang berbeda.
- Perbedaan bentuk muka bumi, seperti daerah pantai, dataran rendah, dan pegunungan. Penduduk beradaptasi dengan kondisi geografis alamnya. Adaptasi itu dapat terwujud dalam bentuk perubahan tingkah laku maupun perubahan ciri fisik. Penduduk yang tinggal di daerah pegunungan misalnya, akan berkomunikasi dengan suara yang keras supaya dapat didengar tetangganya. Penduduk yang tinggal di daerah pantai atau di daerah perairan akan mengembangkan keahlian menangkap ikan, dan sebagainya. Perubahan keadaan alam dan proses adaptasi inilah yang menyebabkan adanya keanekaragaman suku bangsa di Indonesia. Besar kecilnya suku bangsa yang ada di Indonesia tidak merata. Suku bangsa yang jumlah anggotanya cukup besar, antara lain suku bangsa Jawa, Sunda, Madura, Melayu, Bugis, Makassar, Minangkabau, Bali, dan Batak. Biasanya suatu suku bangsa tinggal di wilayah tertentu dalam suatu provinsi di negara kita. Namun tidak selalu demikian. Orang Jawa, orang Batak, orang Bugis, dan orang Minang misalnya, banyak yang merantau ke wilayah lain.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Wujud dari keragaman di dalam
semboyan “Bhineka Tunggal Ika” itu bermacam-macam yaitu terdiri dari suku
bangsa, selain itu terdiri dari bermacam-macam budaya diantaranya
religi/keagamaan, kesenian daerah yang terdiri dari Pertunjukan Rakyat, Lagu
Daerah,Tarian Daerah, Alat Musik Daerah, Rumah Adat, Pakaian Adat
Dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika tersebut mempunyai peran terhadap bangsa Indonesia yaitu agar menjadi bangsa yang berhasil mewujudkan integrasi nasional di tengah masyarakatnya yang majemuk. Dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika tersebut juga diharapkan sebagai landasan atau dasar perjuangan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia agar dikenal di mata dunia sebagai bangsa yang multikulturalisme.
Dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika tersebut mempunyai peran terhadap bangsa Indonesia yaitu agar menjadi bangsa yang berhasil mewujudkan integrasi nasional di tengah masyarakatnya yang majemuk. Dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika tersebut juga diharapkan sebagai landasan atau dasar perjuangan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia agar dikenal di mata dunia sebagai bangsa yang multikulturalisme.
Membina bangsa Indonesia yang
multikultural memerlukan upaya yang berkesinambungan serta berkaitan dengan
berbagai aspek agar tercapai Integrasi nasional melalui semboyan Bhinneka
Tunggal Ika yaitu dengan mengadakan proses pendidikan sejak dini dalam
lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan formal dan in-formal tentang Prinsip
bersatu dalam perbedaan (unity in diversity) karena individu dalam masyarakat
majemuk haruslah memiliki kesetiaan ganda (multi loyalities) terhadap
bangsa-negaranya, mereka juga tetap memiliki keterikatan terhadap identitas
kelompoknya, namun mereka menunjukan kesetiaan yang lebih besar pada bangsa
Indonesia.
B. Saran
Rasa bhineka tunggal ika ini
perlu diterapkan pada setiap masyarakat seluruh Indonesia ini demi menjaga
keutuhan negara kesatuan republik Indonesia. Pada kenyataannya penerapan rasa
bhineka tunggal ika ini kurang dilakukan oleh warga negara Indonesia, maka dari
itu sangat diperlukan demi menjawab tantangan masa depan yang dapat memecah
belah suatu negara.
Penjelasan yang ada di dalam makalah ini semoga dapat membantu mengaplikasikan arti dari semboyan bhineka tunggal ika ini pada setiap warga negara untuk dapat menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Penjelasan yang ada di dalam makalah ini semoga dapat membantu mengaplikasikan arti dari semboyan bhineka tunggal ika ini pada setiap warga negara untuk dapat menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.
DAFTAR PUSTAKA
H.A.R. Tilaar. 2007. Mengindonesia
Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia: Tinjauan dari Perspektif Ilmu
Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, hlmn 181.
H.A.R. Tilaar. 2007. Mengindonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia: Tinjauan dari Perspektif Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, hlmn xvii.
Dr Udin S.Winataputra,M.A. 2009. Multikulturalisme-Bhinneka Tunggal IKa dalam Perspektif Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Pembangunan Karakter Bangsa Indonesia.
H.A.R. Tilaar. 2007. Mengindonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia: Tinjauan dari Perspektif Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, hlmn xvii.
Dr Udin S.Winataputra,M.A. 2009. Multikulturalisme-Bhinneka Tunggal IKa dalam Perspektif Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Pembangunan Karakter Bangsa Indonesia.
Budiman,arief,2011.
dan budaya
dasar.jakarta:pt
bumi aksara.2011 Budaya masyrakat.Jakarta timur: Pt intan.
Budiyanto,2008.
pendidikan kewarganegaraan.Jakarta:erlangga Herimanto . winarto,
ilmu sosial
Tidak ada komentar:
Posting Komentar